Langkah Kedua

Kita akan bergerak dari dan ke mana?

Setelah menonton acara “End Game” milik Pak Gita Wirjawan dengan bintang tamu Mama Hana, pendiri yayasan penampungan orang miskin dan aktivis sosial, ia berlatar belakang dari orang tidak mampu, cina, dan nasrani, kaum minoritas. Walaupun mendapat banyak tantangan dan dicurigai kristenisasi, dia sukses besar membuat gerakan positif di nusantara, bahkan bekerjasama dengan orang asing untuk menyejahteran masarakat Indoneisa. Lintas agama, litas suku, dan kesetaraan gender. Aku mendapatkan view baru tentang cinta yang tulus, saling mencintai antar manusia. Bercita meniadakan kesenjangan. Mengobati kebodohan dan kemiskinan. “Mulailah dari hal-hal kecil” katanya.

Aku jadi ingat tujuan penciptaanku, untuk mambangun peradaban di bumi, menyeimbangan, menjaga, merawat, dan memakmurkan. Aku adalah bagian dari eksistensi alam semesta ini. Ada malaikat, jin, manusia, hewan, tumbuhan, benda mati, dan semuanya beribadah pada Allah dengan caranya masing-masing.  

Beruntung saat itu Bu Hana kuliah S1 jurusan bahasa inggris sehingga bisa bersekolah S3 di singapura dan keliling dunia untuk mencari relasi menyukseskan misinya. Sedangkan aku? Belum bisa berbahasa. Tapi, aku punya previlage sebagai mahasiswa kedokteran. Aku punya lingkungan yang sangat baik. Teman-teman yang berkualitas, guru-guru hebat, koneksi dengan calon-calon pemimpan dari seluruh provinsi, dipercaya masyarakat, sehingga menunjang untuk kesuksesanku.

Dengan semua sumber daya keistimewaan yang aku miliki, mau dikembangkan kemana? Aku tidak punya keahlian membuat robot atau kecerdasan buatan, merekayasa genetic, mengembangan energi terbarukan, atau mengurusi hukum politik. Aku pun bukan penggila komunitas anak, kesehatan, bahasa, seni budaya, orang miskin, pendidikan, atau agama. Lantas, aku bergerak kearah mana?

Sebenarnya, aku belum punya keahlian apa-apa. Namun, aku ingin membuat rumah sehat jiwa. Tapi, sekarang mulai ingin tak ingin. Aku ingin menjadi dokter spesialis dan dosen. Tapi, tiba-tiba tak bersemangat. Aku pernah membayangkan akan membuat rsj di desaku. Aku ingin punya sekolah untuk meningkatkan EQ. Pada dasarnya semua itu bisa dilatih. Tidak hanya kecerdasan intelektual yang harus dimiliki manusia, tapi ada kecerdasan emosi, yang menjadi dasarnya.

Aku ingin mebuat hal sederhana tapi bermakna. Seperti orang yang kutonton di TED-EX tentang mengajak berbuat kebaikan 1 kali dalam sehari, dan menceritakannya ke orang lain dengan tujuan mengajak. Atau memberikan semangat di vidio youtube sepeti dr Jiemy, Psyco, Hujan Tanda Tanya atau membuat sebuah kelompok kecil  untuk saling menguatkan.

Aku ingin memberikan ruang cerita untuk setiap orangnya. Bukan tidak percaya tuhan, karena sering kudapati “cerita aja ke Allah, salat, ngga usah ngeluh di depan orang” bukan meragukan tuhan. Tapi, bercerita dengan orang, merupakan bentuk usaha menolong diri.

Tentu saja jika sakit harus berobat, tidak hanya berdoa. Jadi, benar, sah, kita meminta bantuan tuhan dan mencari bantuan ke orang lain. Aku ingin setiap dari kita bisa menjadi yang terbaik bagi dirinya. Aku ingin orang yang kuat menolong yang lemah. Dan yang lemah berani beruara mencari pertolongan. Aku tidak ingin ada orang di dunia ini yang bunuh diri. Aku pun ngga ingin ada kekerasan pada anak-anak. Jadi, apa yang akan kuberikan pada dunia?

Aku ingin membantu orang lain berjuang menghadapi kesakitannya.

Walaupun yang kulakukan saat ini meneliti tentang tikus yang dislipdemia, bukan tentang kesehatan mental. Entahlah, akapah ini sejalan atau tidak. Tapi, semoga aku bisa membantu orang lain besok.

Sebelum menyembuhkan yang terdalam, akan kucoba yang terluar. Aku ingin mempelajari cara menolong orang lain.

Sebenarnya aku ingin buat skripsi tentang kesehatan mental. Tapi kalau untuk sarjana, jenis penelitian tentang itu berbau deskriptive, seperti kepatuhan minum obat, dan aku belum tertarik ke arah sana. Aku lebih percaya diri penelitian laboratorium. 

Entahlah, ini sejalur atau tidak dengan impianku. Mungkin saat ini berlum terjawab, peradaban seperti apa yang ingin kubangun, apalagi caranya. Sembari mencari jawaban, mari kita teruskan semua yang udah kita usahakan sampai detik ini. Aku bisa menjadi dokter yang terbaik. 

 

 


Comments

Popular posts from this blog

Contoh Tugas Refleksi Diri