Posts

Showing posts from April, 2020

Jatuh Cinta Lagi

Jatuh cinta lagi? Aku buta melihat kebenaran? Sayangnya tidak lumpuh untuk berjalan dalam kemaksiatan. Kecacatan yang sempurna? Begitukah? Tersesat. Bukan karena tidak mengetahu arah yang benar. Tapi lupa untuk tetep berjalan kearahnya. Jasmaniku letih.Tapi, perasaanku enggan tuk rebahan. Rasa cemburuku dengan perempuan itu bukan karena ia dipilih oleh sesorang yang membuatku tertarik dan condong hati. Karena aku salah jatuh cinta lagi. Kenapa urusan lawan jenis begitu mengusikku tuhan, aku ngga tau harus berusaha bagaimana, aku takut, kembali ke terotoar saat naik motor dan jatuh pada lubang jalan yang digenangi sisa hujan. Mengambil yang bukan hakku atau jatuh tersungkur. Aku takut melenceng lagi dan lagi. Tuhan, belum selesai aku menghabiskan rasa bersalah padamu yang lalu, sekrang dia menambah rasa yang baru? Lukaku seperti tesiram pasir. Belum sembuh, kembali perih. Perjalanan ini bergitu melelahkan. Seakan aku lupa atas pertolonganmu. Mungkin memang ken

Membuka Diri

Membuka Diri Jika hadirmu masih kupandang sebelah mata, percayalah itu bukan salahmu. Malam itu kau mengetuk pintu rumahku. Kudapati sikap tubuhmu yang meragukan dari celah jendela. Lihatlah siapa yang datang, aku tak mengenalinya. Apakah harus kubuka? Tentu saja tidak. Bagaimana kalau ternyata ia seorang pencuri? Perusak sunyi. Terkunci mati. Tapi kini, ketika pandemi, barulah terasa sepi. Aku rekontruksi catatan harian bulan lalu, yang dituliskan dengan penuh amarah serta kecemasan. Hanya untuk memastikan, sudah berapa lama engkau pergi. Aku keliru telah mengabaikanmu. Seharusnya aku tak berlaku kasar atas kunjunganmu yang lalu. Seharusnya kalau aku tak mengenalmu dan ragu apakah engkau bermaksud buruk atau baik, aku bertanya padamu. Tak lantas membolehkanku curiga begitu saja. Dan dini hari ini kau kembali. "Lalu siapa kamu?" Aku bertanya padanya. Pada Al-Quran yang tergeletak di sudut lemari.

Buat Kamu

Image
Buat Kamu Kebaikan yang ingin kuhantarkan pada dunia, sering kali terbegal oleh setan. Diriku sendiri, ya sifat setan itu. Kayanya aku butuh polisi deh buat nangkep dia, tapi ngga mau yang abal-abal, aku takut dipungliin untuk ganti biaya jadi profesinya. Seusai magriban, aku ngobrol sama ayah. “Ada ya dulu, orang bilang keayah, enak Pak Wahyu bisa ibadah dengan tenang, orang udah pns, gitu pun Bu Asihnya,” kata ayahku.  Emangnya bisa kalau kita ngumpulin dulu harta, sampe banyak tak terkira, baru nanti mau mengabdi ke Allah? Yakin? Pasti sesampai mimpi kedunian kita, akan timbul keinginan lanjutannya. Setelah lembah ada lembah, setalah gunung, ada gunung. Tak terperi. “Adek mau jadi dokter dulu, baru bantu orang?” tanyanya. Rasanya malu, apa bedanya aku dengan orang itu? Apalagi dibandingkan dengan hewan. Yang kerjaannya cuman makan dan tidur. Alangkah sia-sianya hidup manusia. Malah kadang, lebih jahat dari itu. Seandainya kita liat sudut pandang akhir