Bolehkah Kumencitaimu Dengan Alasan?

Bolehkah Kumencitaimu Dengan Alasan?

Akan kuawali narasi ini dengan teknik pengembangan pola paragraf yang pagi ini baru diajarkan.

Dinget-inget ternyata aku kehilangan sepenggal materinya, akibat ke toilet. Tapi siapa yang peduli? Bukankah temen lebih penting? Eh sabar, tiba-tiba aku sesak.

Huh, setelah beberapa detik menenangkan diri, kulanjutkan ya, jadi tadi temen sebelah bangkuku memintaku untuk menemaninya ke toilet, aku iyakan, dan hasilnya seperti yang barusan aku jabarkan.

Pertemanan itu pada dasarnya dibangun. Oleh siapa? Mereka yang ingin berteman. Aku mulai membuka diri lagi, pasca kegelisahanku kemarin. Aku mulai menyayangi mereka. 

Mungkin mereka tidak tahu, bahwa berhasil menarikku ke dalam dunianya. Benih-benih rasa mulai timbul. Aku berniat untuk menjalin keluarga baru di sini. Dengan versiku, akan kususun persahabatan tanpa memaksa embel-embel pengakuan mereka.

Apa yang harus aku lakukan ketika memutuskan mereka menjadi keluarga baruku? Mengirimkan doa, senantiasa mendengarkan, menyemangati, dan berbuat baik pada mereka.

Kenapa aku ingin menjalin kekeluargaan pada mereka? Entahlah, mungkin karena egois? Karena aku sangat membutuhkan mereka. 

Aku butuh dorongan semangat, motivasi, dan lingkungan yang baik untuk mendidikku menjadi manusia yang siap terjun di dunia. Sekarang aku sedang bersiap untuk menjadi dokter di masa depan. Banyak yang mau aku tolong, untuk bisa membantu mereka, aku belajar. Ini semua untuk ibadah. Untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran. 

Aku butuh doa dan usaha. Ya Allah, aku niatkan ini untuk kepentingan bersama. Untuk menyejahterakan kehidupan.

Jadi, bolehkah aku tetap berteman denganmu karena alasan?
19/11/2019

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contoh Tugas Refleksi Diri

Mine