Membuka Diri
Membuka Diri
Jika hadirmu masih kupandang sebelah mata, percayalah itu bukan salahmu.
Malam itu kau mengetuk pintu rumahku. Kudapati sikap tubuhmu yang meragukan dari celah jendela. Lihatlah siapa yang datang, aku tak mengenalinya.
Apakah harus kubuka? Tentu saja tidak. Bagaimana kalau ternyata ia seorang pencuri? Perusak sunyi.
Terkunci mati.
Tapi kini, ketika pandemi, barulah terasa sepi.
Aku rekontruksi catatan harian bulan lalu, yang dituliskan dengan penuh amarah serta kecemasan. Hanya untuk memastikan, sudah berapa lama engkau pergi.
Aku keliru telah mengabaikanmu.
Seharusnya aku tak berlaku kasar atas kunjunganmu yang lalu. Seharusnya kalau aku tak mengenalmu dan ragu apakah engkau bermaksud buruk atau baik, aku bertanya padamu. Tak lantas membolehkanku curiga begitu saja.
Dan dini hari ini kau kembali.
"Lalu siapa kamu?" Aku bertanya padanya. Pada Al-Quran yang tergeletak di sudut lemari.
Comments
Post a Comment