Buat Kamu


Buat Kamu

 https://astriutama.blogspot.com/2020/04/buat-kamu.html


Kebaikan yang ingin kuhantarkan pada dunia, sering kali terbegal oleh setan. Diriku sendiri, ya sifat setan itu. Kayanya aku butuh polisi deh buat nangkep dia, tapi ngga mau yang abal-abal, aku takut dipungliin untuk ganti biaya jadi profesinya.

Seusai magriban, aku ngobrol sama ayah. “Ada ya dulu, orang bilang keayah, enak Pak Wahyu bisa ibadah dengan tenang, orang udah pns, gitu pun Bu Asihnya,” kata ayahku. 

Emangnya bisa kalau kita ngumpulin dulu harta, sampe banyak tak terkira, baru nanti mau mengabdi ke Allah? Yakin? Pasti sesampai mimpi kedunian kita, akan timbul keinginan lanjutannya. Setelah lembah ada lembah, setalah gunung, ada gunung. Tak terperi.

“Adek mau jadi dokter dulu, baru bantu orang?” tanyanya.

Rasanya malu, apa bedanya aku dengan orang itu? Apalagi dibandingkan dengan hewan. Yang kerjaannya cuman makan dan tidur. Alangkah sia-sianya hidup manusia. Malah kadang, lebih jahat dari itu. Seandainya kita liat sudut pandang akhirat, betapa terpuruknya hidup kita.

Sederhananya gini, apa yang kau lakukan hari ini? Sudah tengokkah mamahmu, sejak subuh hingga larut malam berjuang tak henti demi keluarga? Apa ini yang dikata berbakti?

Ada yang ingin aku tulisakan untukmu, mari kita perbaiki niat hidup kita, kenapa nilai ujian yang kecil begitu menyedihkannya bagimu? Itu karena kamu menaruh sesuatu yang fana di dalamnya. Boleh jadi, kita ingin medapat rasa, menjadi paling pinter di kelas, bahwa kita ngga terkalahkan. Niat belajar kita, bukan lagi untuk mengerti dan bisa berguna untuk banyak manusia, tapi demi pengakuan dan sanjungan.

Ada yang keliru dalam perjuangan kita, coba bayangin, kita udah salat teraweh 21 rakaat, eh diingetin tuh sama temen kita, “as bukannya kamu belum wudhu ya?” atau “as tadi kamu kentutkan? Bau banget tau” ya, semacam itulah. 

Wudhunya aja udah batal, gimana salatnya? Niatnya aja udah ga bener, gimana hasilnya? Kita lomba lari nih, nyampe garis finis pertama, eh taunya didiskualifikasi karena mulai duluan sebelum peluit ditiup. Inilah karena niatnya salah dan ngga matuhi aturan.

Aku ga tau ayat apa yang diobrolin ayahku tadi, intinya karena covid-19 ini kita tetap dirumah, menjaga rumah kita. Rumah kita yang mana? Ini, hati kita. Qulbu, mari dijaga.

Random yang diomongin, ujungnya. mari mengenal Allah.

Kamu punya motor? Punya *jawabanya penuh yakin*
Tau motornya yang mana? *diem* lah bingung. 

Padahal tadi, dia yang narok motornya di parkiran, giliran mau pulang, lupa deh, motornya yang mana. Coba aja kenal ciri-cirinya, nomer platnya, warnanya, spionnya, dan sebagainya pasti itu ngga mungkin terjadi.

Atau memang ada yang nyuri motor kita, itu tuh kerjannya mas begal. Itu ilustrasi sederhananya.

Udah ngertikan? Apa makin bingung? Komen aja, semua bebas berpendapat asal mau bertanggung jawab. Dan kita tak bisa hanya selesai ditahu. Tapi kita harus melaksanakannya, syariatnya. Karena kita mahluk yang lemah. Jadi kita butuh perangko untuk mingirim surat ke calon suami. 

*Apasih kok tiba-tiba perangko?*

Gini loh, ya kali, tiba-tiba ke kantor pos nyerahin amplop gitu aja. Emng suratnya bisa dibaca? Kekirim juga ngga. Yakali berharap kepada Allah, untuk memudahkan hidup kita, tanpa salat. Yakin bisa?

Kita tuh punya aturan. Butuh alat dan sarana.

Aku mahasiswa kedokteran, ya hayuk belajar dengan bener. Niatnya dilurusin, ikhlas karena Allah, untuk kepentingan manusia. Kenapa terasa sangat berat kuliah di fk? Mungkin karena selama ini aku mengerjar nilai, ipk, bukan nilai-nilai kehidupan. Sampai lupa, yang terpenting dari pembelajaran, iyalah proses belajar tersebut, dari tidak tau menjadi tau, dari yang belum mengerti jadi mengerti. Bukan untuk nilai ijasah.

Yah, parameter yang kugunakan selama ini kurang tepat, mengukur kesuksesan dari ipk diatas 3,5 atau peringkat satu dikelas. Aku malu peringkat sepuluh besar dari akhir, tapi kenapa aku nggk malu punya niat yang salah?

Kenapa aku menuntut hasil yang sama, selagi belum berusaha segigih mereka. Perkenalkan, Sekar, Yeni, Revika, bagiku, mereka role model. Perjuangannya menjadi seorang dokter, ingin kujadikan referensi, tentang kehebatannya belajar mandiri.

Maaf, kok jadi bahas kuliah ya, padahal pengennya nulis buat kamu, tentang kesadaran berkehidup. Kita punya aturan yang harus dimainkan. Pakai tuh helm keselamatan, berupa apa? Menunaikan syariatnya, biar selamat sampai tujuan.

Selamat malam sahabat kesayanganku. Terus berjuang dengan niat yang benar. Semoga kita dipertemukan di syurganya Allah. Aku percaya, ketika kita memang berjalan menuju tempat yang sama, pasti kita akan berjumpa. Walaupun dengan jalan yang berbeda. Kerena kita akan papasan. Atau jalan beriringan. 

Okey, cukup sekian ceritaku. Stay at home. Jaga diri. Jaga rumah masing-masing. Love you! Salam hangat! 26/03/2020 sekitar jam delapanan.


Comments

  1. Dan demi apapun aku ingin menjadikan ini sebuah cerita yang disadur dari orang-orang hebat yang memiliki sudut pandang berbeda derajat.

    ReplyDelete
  2. Masyaallah,, tulisan mu bagus as buat yang baca nemuin tujuan baru, semangat baru.

    ,-R

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulilah, termakasih, jangan lupa baca al-quran ya, semangat~

      Delete
  3. Replies
    1. thanks, semoga membantu, jangan lupa baca2 yang lain ya, hehe

      Delete
  4. Bagus Tut, semangat terus yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini nabilah yah? makasih banyak bil😣 semoga bermanfaat ya

      Delete
  5. Semangat tru nulis nya, didukung nih blognya;)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contoh Tugas Refleksi Diri

Mine